Kamis, 24 September 2015

MOTIVASI = KAWEEN!

HAHAHHAAHAHAA

begitulah manusia, hanya bisa punya rencana, tapi apa daya malas merajalela..
katanya mau buat blog mau posting kejadian penting, ini mau kawin malah gak ngpost apa2
-____________________- kayaknya si prolog buat blognya sih bagus, tapiii.. *ngbully diri sendiri*

okslah drpd mood saya buat nulis n ngeshare raib, dg berdatangan pasien *keliatan banget gabutnya (gajibuta)*
niat nawaitu kenapa nulis ini karenaa... GW MAU KAWEEEEEN!

Alhamdulillah..

hehehe berawal dr may 2015 kedatangan tamu jauh dan penting dari Makassar sampe nentuin tanggal dengan sedikit diskusi njelimet..
kebetulan keluarga saya jawa, tapi ortu ga kentel2 banget adatnya, beliau lebih mementingkan syari, makna, dan dalam hukum agamanya dibanding adat, jadi beliau malah setengah mati gamau ada lamaran2, tukar cincin dll,
tetapi adat cami (di FD udah nyebut gini buat calon *shy) di Bugis, tetep ada tukeran cincin untuk mengikat, jadi dg berharap tidak terjadi apa2, ortu mengiyakan asal tdk pake ngundang2 tetangga, pamali agaknya klo kenapa2 (saya juga sih sebenernya) bukan suudzon tetapi meminimize terjadi gunjingan lebih baik toh ?

Keluarga cami (aih!) masih kental sekali dengan adatnya (manggil orangtuanya saja puang *aka raden kalo di Jawa) jadi beliau tetap menjalankan Mapacci dan Mapparola ibarat klo di Jawa Siraman (midodareni) dan Ngunduh Mantu.
Tetapi Mappaci ini bukan hanya untuk cewek, tetapi cowok juga. Bukan juga dengan air, tetapi mempelai masing2 dirumahnya duduk dihiasan adat bugis, kalo syaa orang awam bilang kayak kotak, dia duduk dengan tangan membuka keatas pada bantal, lalu satu demi satu berawal dr sesuhu2 keluarga, mengunjungi kotak itu dan memberi restu dengan daun Pacci.
Beginilah sekiranya gambarnya, saya ambil dari google.



Dan mapparola hanyalah sebagai simbolik iring2an pengantin setelah menikah ke tempat pria.
biasanya setelah akad.


Sebenarnya ini pun hanya rangkuman krn yang saya liat dari refrensi, pernikahan adat bugis sebenarnya ada  Lettu ( lamaran), Mappettuada. (kesepakatan pernikahan)
(disini menentukan uang Panai *uang cewek dibeli gitu, biasa tergantung drajat pendidikan dll, untuk biaya pernikahan), 
Madduppa (Mengundang), Mappaccing (Pembersihan)
 (Biasanya hanya dilakukan oleh kaum bangsawan) seperti yg dijelaskan tadi, dan dilanjutkan dengan sungkeman kepada kedua orang tua calon mempelai,
Lalu mappaendre balanja ( sama aja seserahan ,cuma istilahnya aja yg beda) dilanjutkan dengan akad nikah, dilanjutkan “mapparola” seperti yg tadi sudah disebutkan.
Lalu mappaenre botting adalah beberapa hari setelah pernikahan para pengantin baru mendatangi keluarga mempelai laki-laki dan keluarga mempelai wanita untuk bersilaturahmi dengan memberikan sesuatu yang biasanya sarung sebagai simbol perkenalan terhadap keluarga baru.
Nah di bagian ini yg disingkat, langsung pada mapparola, dengan ngasih balesan atau angsul2 kalo jawanya ^^
Terakhir dirangkaian adat bugis kedua mempelai menempati rumah mereka sendiri yang disebut nalaoanni alena.

Sebenarnya adat Bugis gak terlalu berbeda dg adat Jawa, cuma istilahnya aja yg beda, intinya sama dan mudah2an tidak mengurangi satupun sakralnya perkawinan nanti.

 Nah rencananya walau ada resepsi di Makassar juga dua minggu setelah di Semarang, tetapi untuk efesiensi waktu dan juga biaya ( paling penting kayaknya), mappaci dan mapparola diadain di Semarang tepatnya di wisma penginapan nanti yg disetting ala bugis dengan "kotak"nya dan hiasannya..
 Awalnya berencana kotak itu dijadiin photobooth di gedung, dan mapparolanya bisa disaksikan, tapi berhubung dari pihak pria mengatakan yg di Semarang pure jawa aja. Yasudah deh, toh ntr bisa foto pas di Makassar ^^


Kenapa gak di Makassar pas resepsi mapparola dll?

Ribet! bawa seserahan, hias lagi mikir ini lagi itu lagi, plusss saya sudah ada bayangan gini karena pernah kesana untuk menghadiri nikahan kakaknya.
Biasa resepsi di sana, hanya makan2 tanpa adat dulu (misalnya panggih) atau iring2an cucuk lampah kalo dijawa. Jadi, ada yg simple, ngapain ribet!
Disitulah tantangan dan adilnya Tuhan, klo pihak saya gak perlu ribet2 mikir adat2 gini, coba ada juga di Semarang, aihhhh pusing kyknya kepala ini, jadi yg perlu disatukan malah pertemuan dua suku satu negara ini.

Selamat menikmati masa masa yg akan kamu rindukan dan bahan cerita suatu hari nanti, brides
:) 

0 komentar:

Posting Komentar